Panjang garis pantai kab. Majene membentang dari kecamatan Banggae Timur hingga kecamatan Malunda, nyaris tak ada wilayah yang tidak memiliki pantai. Potensi pesisir ini menjadikan Majene memiliki banyak budaya dan kebiasaan lokal masyarakat yang berkaitan dengan laut. Banyak pula masyarakat Majene yang berprofesi sebagai nelayan, menggantungkan nasib dan hidup dari laut.
Budaya bahari mulai dari perahu berkembang dengan baik di Majene, dari alat transportasi laut hingga menjadi alat penangkap ikan, perahu menjadi alat yang penting di Majene. Bahkan sebagian dari simbol daerah di Sulawesi Barat menggunakan simbol perahu sebagai bukti kedekatan hubungan wilayah ini dengan laut. Logo kab. Majene membubuhkan perahu didalamnya, logo provinsi Sulawesi Barat juga demikian. Suku Mandar yang menjadi penghuni hampir seluruh wilayah Majene memiliki banyak tinggalan jejak kebesaran budaya bahari, seperti perahu Sandeq.
Sandeq mulai dikenal semenjak dilombakan pada awal tahun 1990an, lalu berkembang menjadi perlombaan dalam nama "Sandeq Race" hampir secara rutin dilaksanakan pada tahun 2000-an. Lomba perahu ini yang kemudian menginisiasi sebuah lomba perahu mini Sandeq yang dilaksanakan di lingkungan Cilallang, kec. Banggae kab. Majene.
Lomba perahu Sandeq mini Cilallang, menjadi sajian yang menarik saat mengunjungi Majene khususnya di kecamatan Banggae. Pangali-Ali, Cilallang, dan Tanangan adalah tiga wilayah yang merupakan rangkaian domisili pelaut dan nelayan asal Majene. Pemkab Majene lebih mengenal tiga daerah ini dengan menyingkatnya sebagai "Pantai Pacitan" (Pangali-Ali, Cilallang, Tanangan) mereka memperkenalkan Pantai Pacitan dalam brosur promosi pariwisata yang sempat dicetak tahun 2000an. Salah satu atrakasi wisata yang dapat Anda saksikan ketika berkunjung ke Pantai Pacitan adalah lomba perahu Sandeq Mini Cilallang.
Sehari setelah lomba, perahu sandeq Mini diparkir diatas rumah panggung di lingkungan Cilallang, kec. Banggae kab. Majene (Foto : Nasriah Nasroum) |
Baru saja lomba perahu Sandeq ini diselenggarakan, kemarin (16/09/2017) oleh pelaksana dan inisiator lomba penduduk setempat yang dikenal dengan nama "Papaq Nasar" seorang pemilik loing ikan (penampung ikan khususnya ikan yang berukuran besar). Total ada 50 perahu Sandeq mini yang ikut dalam lomba kemarin dengan tarif/biaya pendaftaran Rp 10.000 per perahu.
Salah satu perahu sandeq mini yang dibuat sendiri oleh warga Cilallang kec. Banggae kab. Majene yang diikutsertakan dalam lomba perahu Sandeq Mini Cilallang (Foto : Nasriah Nasroum) |
Lomba perahu Sandeq mini menghadirkan banyak warga Cilallang, mulai dari anak-anak,remaja, dewasa hingga orang tua mendaftar dalam lomba perahu Sandeq ini, dengan menghadirkan masing-masing perahu mini buatan sendiri. Tidak heran jika masyarakat sekitar sini mampu membuat perahu sandeq mini, karena hampir semua warga berprofesi sebagai nelayan. Jika Anda pernah menelusuri lingkungan Pangali-Ali hingga Tanangan maka daerah ini adalah daerah padat nelayan dengan perahu yang penuh terparkir di sepanjang tanggul hingga daerah Tanangan.
Lomba perahu Sandeq mini Cilallang cukup rutin diselenggarakan setiap tahun, dalam tahun ini tercatat telah dua kali dilaksanakan. Pemenang lomba diganjar dengan hadiah uang tunai sebesar Rp 1.000.000 dari biaya pendaftaran yang dikumpulkan masing-masing peserta lomba.
Terdapat alternatif hiburan yang disajikan oleh lomba Sandeq mini dan dibuat sendiri oleh masyarakat Cilallang dengan kreativitas. Jika kemudian dikelola dengan baik maka bukan tidak mungkin lomba Sandeq mini dapat menjadi atraksi wisata menarik saat berkunjung ke Banggae Majene. Apalagi diperkuat dengan pilihan wisata budaya bahari yang terbaik didapatkan saat berkunjung ke wilayah Cilallang. Dari lomba-lomba kecil seperti ini biasanya lahir atraksi wisata yang dapat dijual dan mendatangkan pengunjung, hal yang positif dari sisi pandang pariwisata.
Kontributor :
Teks : Nasriah Nasroum, Muhammad Tom Andari
Foto : Nasriah Nasroum
Post a Comment